Sabtu, 20 Juli 2013

Kelezatan Sepiring Bubur Sabilal


BA’DA Shalat Ashar saya keluar ke teras menikmati udara sejuk yang tercipta dari terpaan hembusan angin di teras Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin bersama teman saya H.Harun yang kebetulan baru genap sebulan berada di Banjarmasin, waktu tak terasa pukul 18 lewat 10 menit saya melihat orang bergegas menuju Gedung Aula Serbaguna di dalam Kompleks Masjid Raya Sabilal Muhtadin.

Pemandangan  seperti ini setiap hari terjadi sepanjang bulan puasa ramadhan  karena pada hari ini yang mereka tunggu tiada lain adalah makanan berbuka puasa Bubur Sabilal yang mengundang selera. Sepiring bubur, kentang, wortel, daging, telur, ayam iris, rempah-rempah dan minyak samin ditambah the hangat atau teh susu.

Tak sabar rekan saya H.Harun juga bergegas tak sabar dan tak mau ketinggalan untuk menikmati bubur yang sudah mejadi ikon menu berbuka puasa Masjid Sabilal Muhtadin sejak tahun 80-an.
Perlu di ketahui Ratusan orang setiap hari memadati sepanjang sore sepanjang bulan puasa menikmati kelezatan Bubur Sabilal, Bahkan menjelang akhir bulan Ramadhan jamaah yang hadir melampaui angka ribuan orang.

Yang patut kita apresiasi dibalik nikmat kelezatan Bubur Sabilal ada yang bernama Hj Sabah tokoh utama beliaulah di balik layar keberadaan Bubur Sabilal ini. Wanita berusia 56 tahun ini sudah menyatu dengan asap Bubur Sabilal saat ‘mengawah’ (memasak dalam kuali besar) bersama mertuanya Hj Badariah di kediaman di Jalan Antasan Kecil Timur RT 11 Banjarmasin.

Ibu mertuanya Hj Badariah adalah orang pertama yang dipercaya petugas Masjid Sabilal untuk menyiapkan hidangan berbuka untuk jamaah masjid terbesar di Kalimantan Selatan ini.
Sabah mulai memasak bubur bersama ibu metua sejak Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin dijabat oleh Ustadz Rafi’ie Hamdi, awal tahun 80-an. Waktu itu ceritanya dana memasak bubur berasal dari uang recehan hasil sumbangan jamaah masjid, sedang sekarang memakai dana anggaran khusus dari pemda.

Sehari-hari pekerjaan Sabah memasak bubur dibantu tiga sampai empat orang tukang aduk. Sementara ia sendiri lebih berkonsentrasi untuk urusan pengadaan dan pengolahan resep bumbu dan rempah-rempah. Sabah pula yang menakar bumbu dan racikan bahan-bahan ke dalam bubur.

Suaminya, H Anang Jarkasi bertugas menyiapkan alat-alat masak, bahan bakar dan mengisi air ke dalam kawah hingga merebusnya. Pasangan suami istri yang sudah memiliki 3 cucu ini kompak bahu membahu berbagi peran menyiapkan masakan hingga memuatnya ke dalam beberapa termos berukuran besar dan mengantarkannya dengan mobil pick up ke Masjid Sabilal. Bersama empat tukang masaknya Sabah juga nantinya yang menyendok bubur ke dalam piring-piring dibantu oleh ibu-ibu dan remaja masjid.