Akbar Faisal dengan Risdianto Haleng.HB Melepas Ayam di Kotabaru
RHCenter 25/2/2014. Menghidupkan kembali tradisi adat Mallasuang Manu, Lebih tiga ribu orang memadati Lapangan Sepak Bola Tanjung Seloka Pulau Laut Selatan Kotabaru. Tanggal 25/2/2014, Antusiasme masyarakat terlihat berdatangan sejak pukul 8 pagi dari pelosok desa di Pulau laut bahkan ada yang sengaja datang dari Kotabaru dan Tanah Bumbu untuk menyaksikan acara tersebut. Tepat jam 11 pagi prosesi acara Hajatan Pesta Adat Mallasuang Manu dimulai hingga acara inti selesai sekitar pukul 13 siang.
Penyelenggara Risdianto Haleng HB, Putera Daerah Asli kelahiran Desa Sungai
Bahim KecamatanPulau laut selatan, yang saat ini sebagai Caleg DPR-RI
Dapil Kalsel II dari Partai Nasdem No. Urut 4. Yang membuat masyarakat antusias
menghadiri acara tersebut adalah di hadirkannya tokoh Nasional Akbar
Faisal yang berasal dari Sulawesi Selatan yang juga Penggagas Hak Angket Kasus Bank Century. Antusiasme masyarakat selain menyaksikan Acara adat Mallasuang Manu juga ingin melihat langsung
sosok yang berbicara apa adanya, yang selama ini hanya bisa di lihat di layar kaca. Tampak hadir pula di
deretan kursi undangan para pejabat setempat, tetua adat beserta beberapa Caleg
dari Partai Nasdem baik di DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten.
Risdianto Haleng
HB dalam sambutannya, sekaligus penggagas penyelenggara acara tersebut, yang
didampingi Ibunda tercinta Hj.Hafifah Haleng, mengatakan, “Acara ini digelar bukan dalam rangka
kampanye politik. Acara ini sudah ingin saya lakukan sejak 4 bulan yang lalu.
Namun karena saya sangat mendambakan kehadiran tokoh nasional Abang Akbar
Faisal dalam mallassuang manu ini, maka acara baru bisa dilaksanakan saat ini”.
Risdiantojuga mengatakan bahwa tujuan dasar dari mallassuang manu adalah
mempererat tali silaturahmi untuk memperkokoh tali persatuan antar adat
khususnya di Kabupaten Kotabaru.
Kepada masyarakat
Risdianto Haleng berpesan, bahwa salah satu motivasi dia untuk bergabung dengan
Partai NasDem adalah, bahwa partai ini sangat terbuka dengan perubahan tetapi
juga sangat memperhatikan adat kebudayaan tradisi lokal. Sebab hal ini
merupakan akar budaya bangsa yang berfungsi sebagai filter atau penangkal
pengaruh negatif bangsa lain yang menempel pada setiap perubahan zaman.“Dengan bernaung di Partai Nasdem saya
berharap dapat membawa perubahan positif untuk masyarakat, tanpa harus merusak
adat dan tradisi lokal yang sudah dibangun oleh nenek moyang kita.”
Dalam kesempatan lain Risdianto Haleng HB juga mengisahkan, “Jaman dulu mallassuang manu adalah acara adat melempar ayam ke pantai sekitar daerah Tanjung Keramat. Sebagai tanda berhajat dan bersyukur para nelayan Mandar, atas karunia Tuhan berupa hasil laut yang melimpah”.Menurut Risdianto semasa kecil, mallassuang manu mulai dilaksanakan di Kotabaru oleh para tetua dan tokoh adat Bugis Mandar untuk mengenang kampung halaman mereka di Sulawesi. Dalam perkembangannya mallassuang manu pernah diangkat oleh Dinas Pariwisata sebaga agenda promosi wisata Kabupaten Kota Baru sebagai icon kunjungan wisata disuatu tempat bernama pulau Cinta.
Dalam kesempatan lain Risdianto Haleng HB juga mengisahkan, “Jaman dulu mallassuang manu adalah acara adat melempar ayam ke pantai sekitar daerah Tanjung Keramat. Sebagai tanda berhajat dan bersyukur para nelayan Mandar, atas karunia Tuhan berupa hasil laut yang melimpah”.Menurut Risdianto semasa kecil, mallassuang manu mulai dilaksanakan di Kotabaru oleh para tetua dan tokoh adat Bugis Mandar untuk mengenang kampung halaman mereka di Sulawesi. Dalam perkembangannya mallassuang manu pernah diangkat oleh Dinas Pariwisata sebaga agenda promosi wisata Kabupaten Kota Baru sebagai icon kunjungan wisata disuatu tempat bernama pulau Cinta.
Sementara itu Tokoh Nasional penggagas Hak Angket DPR pada kasus Bank
Century, Akbar Faisal, dalam sambutannya mengatakan bahwa persatuan adalah
kekuatan dasar menyongsong era perubahan. Kebudayaan daerah asli termasuk
mallassuang manu adalah elemen pemersatu bangsa yang sangat penting. Untuk itu
perlu terus dipupuk dan dikembangkan.
Saat pembacaan sejarah kedatangan orang Bugis Mandar ke daerah Pulau Laut
Kalimantan Selatan, tampak mata Akbar Faisal berkaca-kaca tidak bisa menahan
haru. Dia lantas mengatakan, bahwa kebrutalan peristiwa DI/TII tahun 1953
dilita (tanah) Mandar Sulawesi Selatan telah mencerai beraikan masyarakat
Mandar, termasuk kerabat Akbar Faisal sendiri, yang sampai sekarang belum bisa
dia temui. “Semoga peristiwa tersebut
tidak pernah terulang lagi di Indonesia”, lanjut Akbar Faisal.
Akbar sangat menyambut baik dan mendukung acara ini. Menurut dia jarang
putera daerah yang peduli dengan kebudayaan dan tradisi dari suku aslinya
setelah mereka sukses di rantau orang.Akhirnya kebudayaan dan tradisi asli
tersebut lama kelamaan punah. Akibatnya pemersatu bangsa akan melemah dan
bangsa kita akan mudah dihancurkan oleh negara lain.
Disela-sela meriahnya acara, beberapa tokoh adat
dan masyarakat yang dihubungi sangat menghargai dan berterimakasih atas gagasan
dan penyelenggaraan mallassuang manu yang baru pertamakali dilaksanakan di
Tanjung Seloka ini. Menurutnya, dengan mengikuti acara ini mereka merasa
kembali ke kampung halaman di Bugis Mandar Sulawesi Selatan.
Dalam acara ini mereka bisa bertemu kerabat, famili, saudara yang selama
ini jarang bertemu. Darmawan, S.PI salah satu tokoh adat yang juga Caleg
DPRD Propinsi Kalsel Dapil VI dari Partai Nasdem Nomor urut 5, mengatakan, “Disini juga mereka bisa bertukar informasi
tentang silsilah keluarga mereka masing-masing, dan tak jarang ternyata
diantara mereka berada dalam silsilah yang sama, artinya mereka bersaudara. Hal
inilah sesungguhnya ‘roh’ daripada fungsi kebudayaan dan tradisi dari suku asli
sebagai alat pemersatu bangsa”.
Turut memeriahkan
acara tersebut atraksi pencaksilat khas Mandar. Tari-tarian daerah
dan pembacaan sejarah kedatangan orang mandar dan bugis dari sulawesi ke Pulau
Laut Kotabaru Kalimantan Selatan. (jy)